Korosi atau secara
awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada
bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang
sistim elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini,
yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau
dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi
dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam
menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair
dan oksigen.
Pada umumnya suatu peralatan elektronik
mengandung komponen logam yang mempunyai waktu hidup atau masa pakai tertentu.
Korosi pada komponen-komponen tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomi
akibat berkurangnya masa produktif peralatan elektronik. Korosi bahkan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan berupa terjadinya hubungan pendek (konsluiting)
yang dapat mengarah kepada terjadinya kecelakaan. Masalah korosi peralatan
elektronik merupakan salah satu sumber yang dapat memicu kegagaan operasional
serta keselamatan kerja pada suatu industri. Oleh sebab itu, masalah ini sudah
selayaknya mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi
dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan maupun
peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga,
besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng untuk
atap dapat bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak
dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat
menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Selain pada
perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada
komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga
komputer, serta peralatan-peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam
berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam
rumah tangga.
Korosi merupakan masalah teknis dan
ilmiah yang serius. Di negara-negara maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah
belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu permukaan
yang merupakan kajian dan perlu ditangani para
ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur,
penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam
kegiatan secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang
menjadi wilayah kajian
industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya
untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-mesin
industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat
bertahan lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional
dengan cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara
1,5 – 5,0 persen dari GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk
menetapkan biaya korosi sekitar 3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan
industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya
tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
PENYEBAB
KOROSI
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari
bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur
kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor
dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang
dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam
bentuk senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan
bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam
ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan
elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta
persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri,
bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada
suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah
terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk
sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga
sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus
selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke
udara.
Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol,
debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang
atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah
utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya
gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx).
Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat
pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil
dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan
bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara,
kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat
(H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan
terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu
dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam
peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari
lagi.
Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen
elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini
maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi,
video, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat
menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik. Oleh
sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang
mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak,
bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi
pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang
menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi,
tetapi juga korban nyawa.
PENGENDALIAN
KOROSI
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian
dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif
peralatan elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan
dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya
penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga
berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri.
Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan
melalui pengendallian
lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan.
Penanganan
masalah korosi berkaitan dengan perawatan dan perbaikan
fasilitas produksi serta
peralatan penunjang lainnya.
Kegiatan ini harus dapatmengidentifikasi,mengantisipasi dan
menangani masalahmungkin dilakukan terhadap fasilitas yang berinteraksi
langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya pengendalian korosi ini harus
melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat, mesin, instalasi
serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu
diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat
langsung dalam kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam
upaya pengendalian korosi peralatan elektronik, antara lain adalah :
1. pencemaran
udara akibat terlepasnya bahan-bahan korosif ke lingkungan.
2. Menutup
alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke dalam
alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila
terbang terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke
permukaan komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.
Catodic protection cegah korosi Jembatan Suramadu
Jembatan
Suramadu, penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Madura akan segera terwujud.
Kehadiran jembatan terpanjang di Indonesia ini merupakan tantangan bagi
teknologi Indonesia sekaligus ajang unjuk gigi para ahli di bidangnya
masing-masing.Secara umum, desain jembatan yang memiliki panjang 5.438 meter
ini menggunakan tipe Cable Stayed sebagai jembatan utamanya. Sistem ini dipilih
untuk mengganti desain semula yang menggunakan tipe Precast Segmental. Review
desain ini dilakukan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah bekerja
sama dengan konsultan pada tahun 2002-2003. Secara teknis penggarapan jembatan
ini dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni Causeway, Approach Bridge dan Main
Bridge. Saat ini pengerjaan masih pada bagian Causeway, sedangkan dua bagian
lain masih dalam persiapan lebih lanjut.
* Causeway atau
jembatan bentang pinggir, pada tahap pembangunannya dibagi menjadi dua, yaitu
sisi Surabaya dan sisi Madura.
--> Dari sisi Surabaya akan dibangun
sepanjang 1.457,75 meter. Untuk jarak ini akan digunakan bentang jembatan
sebesar 40 meter dengan tipe struktur atas berupa PCI Girder. Bentang jembatan
ini akan ditopang penyangga sebanyak 33 buah.
--> Sisi Madura memiliki jarak lebih panjang,
yaitu 1.822,25 meter. Jumlah penyangga yang digunakan sebanyak 44 buah dengan
spesifik struktur dan interval yang sama.
* Untuk Approach Bridge atau jembatan penghubung
antara Causeway dengan Main Bridge, panjangnya 670 meter untuk masing-masing
sisi (Surabaya dan Madura). Digunakan bentang 80 meter dengan tipe struktur
atas dari box girder beton yang dilaksanakan secara balance cantilever. Jumlah
penyangga tiap sisi sebanyak 7 buah. Untuk Main Bridge atau bentang utama,
panjangnya 818 meter. Dengan tipe Cable Stayed, jembatan utama ini memiliki
keunggulan tersendiri, baik dari tipe struktur yang tergolong canggih maupun
nilai estetika yang tinggi. Clearance jembatan adalah 35 meter
dihitung dari kondisi HWL (pasang surut tertinggi) sehingga memungkinkan
dilewati kapal yang cukup besar.
Prof Dr Ir I Gusti Putu Raka, anggota tim pakar proyek
pembangunan Jembatan Suramadu, kepada Surya pekan lalu menyatakan, dari
pengerjaan yang berlangsung saat ini (bentang pinggir), tidak ada hal khusus
dalam pelaksanaannya. "Kita menggunakan pondasi tiang pancang beton
bertulang seperti biasa," ujar staf pengajar di Jurusan Teknik Sipil ITS
ini.
Namun untuk semen dan betonnya, terbuat dari
bahan khusus karena disesuaikan dengan kondisi air laut Selat Madura yang cukup
asin. Bahan khusus tersebut dipilih yang tahan terhadap korosi atau karat.
Mencegah
karat
Menurut Raka, untuk pencegahan korosi terutama di bagian splash
zone, cara yang digunakan sekarang adalah dengan coating atau penggunaan bahan
pelapis antikarat.
Cara lainnya seperti sistem catodic protection
masih dikaji kemungkinan penggunaannya. Teknik ini memanfaatkan tenaga listrik.
"Dengan aliran listrik kecil, korosi dipancing agar tidak menyerang pipa
pancang, tapi dialihkan ke seng yang telah disiapkan," jelas Raka.
Hanya saja, lanjut dia, penerapan teknik
tersebut memerlukan perawatan yang ekstra karena prosesnya berjalan terus
menerus. Jika kerusakan tidak segera ditangani, maka teknik itu tidak dapat
berfungsi.
Ditambahkan Dr Ir Mochamad Ashari MEng, staf pengajar di Jurusan
Teknik Elektro ITS, untuk mencegah korosi Jembatan Suramadu sebenarnya lebih
tepat menggunakan sistem catodic protection, yakni bentuk perlindungan aktif
terhadap besi atau baja dengan cara pengaturan ionik. Sistem ini relatif mampu
melindungi besi dalam kondisi kadar garam yang cukup tinggi seperti di Selat
Madura. Lebih jelas lihat gambar!
"Dari beberapa kali kejadian, tegangan
listrik di kawasan tersebut mudah sekali turun, dikarenakan tiang listriknya
mengalami korosi," katanya.
Menurut Ashari, teknologi anti-karat semacam itu
sudah banyak diterapkan di Indonesia. Tidak hanya untuk jembatan, tapi juga
untuk kapal-kapal yang terbuat dari unsur besi atau baja.
"Meski demikian, bukan berarti korosi tidak
akan terjadi. Sistem tersebut hanya memperlambat terjadinya korosi dalam
hitungan tahun," imbuh Kepala Jurusan Teknik Elektro ini. (k15/k12)
KOROSI MERATA
Korosi adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan
berbagai zat yang ada di lingkungannya sehingga menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam kehidupan sehari-hari korosi kita kenal dengan
sebutan perkaratan.
Salah bentuk korosi yang terjadi pada logam adalah korosi
merata. Korosi merata adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju
korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau
terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir
seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi.
Penyebab
Korosi merata terjadi karena poses anodik dan katodik yang
berlangsung pada permukaan logam terdistribusi secara merata. Ini terjadi
karena adanya pengaruh dari lingkungan sehingga kontak yang berlangsung
mengakibatkan seluruh permukaan logam terkorosi. Korosi seperti ini umumnya
dapat kita temukan pada baja di atmosfer dan pada logam atau paduan yang
aktif terkorosi (potensial korosinya berada pada daerah kestabilan ionnya dalam
diagram potensial-pH).
Kerusakan material yang diakibatkan oleh korosi merata umumnya
dinyatakan dengan laju penetrasi yang ditunjukkan sebagai berikut :
apat diketahui dan diukur dengan ketelitian yang tinggi.
Kegagalan materi akibat serangan korosi ini dapat dihindari dengan pemeriksaan
dan monitoring secara teratur
Mekanisme
Skematik
penampang logam yang terkorosi merata
Korosi pada logam terjadi karena adanya reaksi redoks antara
logam dengan lingkungannya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi
ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam
sehingga dengan bertambahnya waktu akan
menyebar ke seluruh permukaan logam. Korosi merata yang terjadi pada logam besi
prosesnya bisa digambarkan sebagai berikut :
reaksi
yang terjadi adalah :
Pengendalian
Laju korosi dapat diturunkan dengan perlindungan melalui
penambahan inhibitor pada larutan. Teknik-teknik perlindungan seperti proteksi
katoda dan anoda, pelapisan, inhibitor, dan pemilihan material sering digunakan
sebagai cara perlindungan korosi paling efektif.
Pengetahuan mengenai karakteristik korosi dan laju korosi pada
logam dan paduan logam sebagaimana ditunjukkan dalam literatur atau yang diukur
melalui teknik elektrokimia ataupun melalui pengurangan berat logam
memungkinkan dilakukannya pemilihan material yang baik. Cara terbaik
untuk menghindari terjadinya korosi merata adalah dengan melakukan penanganan
langsung pada bagian logam yang terkorosi sebelum korosi ini menyebar ke semua
permukaan logam.
Kesimpulan
1. Korosi
merata dapat terjadi pada logam dan paduan logam karena reaksi oksidasi dan
reduksinya tersebar secara merata pada logam dengan laju korosi yang relatif
sama.
2. Logam
yang terkorosi merata terjadi akibat seluruh permukaan logam kontak dengan
lingkungannya.
Tag :
Tugas UTS
1 Komentar untuk "KOROSI"
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
Salam,
Tommy.k
081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant